Awal musim dingin di Dortmund... Ku tatap jalanan dari dalam rumah. Masih banyak orang-orang berlalu lalang walaupun sudah hampir larut. Aku sendiri juga tidak mengerti mengapa aku belum tidur di jam-jam seperti ini. Mendadak aku teringat orang yang pernah ku cintai semasa SMA yang tidak akan pernah bisa ku miliki sampai sekarang. Kini dia mulai mencicipi masa tenar karena dia adalah orang yang terkenal di Jerman bahkan di dunia. Jika kau menyebutkan namanya, semua orang pasti akan tahu siapa dia.
'Reuni di akhir musim dingin. Bagaimana? Setuju?'. Satu e-mail masuk dari Jane, sahabatku semasa SMA. Aku membalasnya.
'Aku setuju saja. Apakah teman-teman lainnya juga setuju?'
'Mereka juga setuju'
'Bagaimana dengan 'dia'?'
'Siapa yang kau maksud 'dia'?'
'Kau tidak ingat? Keterlaluan!'
'Oh, oh, aku ingat! Orang yang kau kejar semasa SMA kan?'
'Sshh, ya'
'Kau belum bisa move on darinya?'
'Belum. Sulit melupakannya'
'Ehem. Sekarang dia sudah sukses. Apa dia punya pacar?'
'Mungkin punya. Kau punya nomor teleponnya?'
'Mmhh... Ada'.
Belum sempat aku memintanya, Jane sudah memberi nomor ponsel 'dia'. Aku mengucapkan terima kasih pada Jane lalu menutup laptop dan bergegas tidur. Keesokan paginya, aku duduk di ruang tamu sambil bermain ponsel. Aku teringat nomor ponsel 'dia'. Aku mengambil kertas yang ada di atas meja yang kemarin ku gunakan untuk mencatat nomornya. Iseng-iseng aku mencoba untuk menghubungi nomornya. Tersambung tapi tidak ada yang menerima. Mungkin 'dia' sedang sibuk atau tidak mau menerima nomor asing.
Kalaulah 'dia' menerimanya dan aku menyebutkan namaku, belum tentu juga dia ingat aku. Terdengar suara pintu rumahku di ketuk. Aku segera membukanya. "Abygail!", Jane menyebut namaku setelah aku membuka pintunya. Kami berpelukan. "Ayo masuk", aku menggandeng tangan Jane menuju ruang tamu.
"Kabar baik untukmu", kata Jane sambil mengeluarkan laptopnya.
"Oh ya? Apa?"
"Kau tahu, 'dia' akan datang di reuni nanti"
"Kau serius? Kau tidak main-main kan?"
"Untuk apa aku bohong? Ini akun twitter nya".
Aku enatap laptop Jane dengan tatapan heran. Ribuan bahkan jutaan orang mengikuti twitter nya. Akun terverifikasi. Gila. Aku menggeleng-geleng tidak percaya.
"Mungkin 'dia' sudah melupakan teman-teman SMA nya", ujarku sedih kepada Jane.
"Hei, kau ini bicara apa? Tidak mungkin dia lupa, Abby"
"Haa? Buktinya?"
"Dia mau datang ke acara reuni. Dia juga mengaku kalau masih mengingat teman-teman sekolahnya dulu"
"Oh, iya ya. Hehehe"...